Bunda Jangan Tinggalin Aku
“Kenapa Bunda ingin meninggalkanku ? memangnya bunda tidak sayang lagi dengan Dena ? Bunda kumohon jangan tinggalkan aku. Bunda jangan pergi” teriakku. “Aku ngga mau bunda pergi” pintaku. Tetapi bunda tetap tidak bergeming dan tidak menjawab semua pertanyaanku, ia pergi terus pergi dan akhirnya hilang dari hadapanku. Bundaaaaaa….. aku berteriak sambil menangis sesenggukan. “Dena, dena, bangun sayang, sudah pagi, ayo kita shalat shubuh berjama’ah. Sepertinya aku sangat dekat sekali dengan suara ini. Dan langsung kubuka mataku. “Bundaaa….” Teriakku sambil memeluk bunda erat tanpa berkata apapun lagi. “Dena, kamu kenapa ?” tanya bunda yang aneh melihat tingkahku. “Bun jangan tinggalin aku ya” pintaku. “Lho, memangnya siapa yang mau ninggalin kamu” tanya bunda heran. “Tadi bunda pergi ninggalin aku gitu aja, aku panggil-panggil tapi bunda ngga peduliin aku” jawabku sambil tetap memeluk bunda erat seakan aku takut kehilangan bunda lagi. “Ya Allah, anak bunda ini, kalau tidur jangan lupa berdo’a, supaya kamu ngga mimpi yang aneh-aneh kayak tadi” jawab bunda menyadarkan aku bahwa itu hanya sebuah mimpi. “Tapi bunda janji ya ngga akan ninggalin aku” pintaku seperti anak kecil. “Iya bunda janji” jawab bunda membuatku senang dan merasa nyaman.
Aku memang sangat dekat sekali dengan bunda sejak kecil tetapi aku juga dekat dengan ayah dan sekarang ayah telah dipanggil terlebih dahulu oleh Sang Khalik, karena penyakitnya. Waktu ayah meninggalkan aku, bunda dan kak Raffy setahun yang lalu, aku sempat mengurung diri di kamar selama beberapa hari dan menjauh dari aktivitas yang biasa aku lakukan termasuk sekolah dan mengaji. Tetapi bunda begitu perhatian kepadaku, iya begitu tabah dan ikhlas menerima kepulangan ayah ke rahmatullah. Dan iya selalu menasihati aku sehingga aku sadar dengan semua tindakanku selama satu minggu itu. Kalimat yang selalu ku ingat dari bunda adalah “Dena, kamu harus tau, semua makhluk yang bernyawa itu pasti akan berpulang ke pangkuan-Nya, dan kita hidup ini untuk beribadah dan beriman kepada Allah, selain itu juga kita hidup di dunia yang fana ini pasti merasakan kematian, kembali lagi kepangkuan-Nya sayang, dena harus ngerti itu ya”. Dan karena bunda juga aku menjadi sadar dan lebih mendekatkan diri lagi kepada-Nya.
Aku bergegas mengambil air wudhu dan bergegas menuju ke sebuah ruangan seperti mushalla. Kulihat ibu sedang shalat sunnah begitu khusu’nya. Akupun mengenakan mukena dan shalat sunnah terlebih dahulu. Lalu aku dan bunda melaksanakan shalat shubuh berjama’ah. Aku memanjatkan do’a kepada Allah, “Ya Allah aku mohon jangan Engkau pisahkan aku dengan bunda dan juga semoga bunda selalu dalam lindunanmu amin . Semoga almarhum ayah telah mendapat tempat yang layak disana dan mendapatkan ketenangan ”. Setelah selesai, akupun bergegas untuk mandi. Setelah selesai mandi, aku memakai seragam sekolah berwarna putih abu-abu dan mengenakan jilbab berwarna putih.lalu aku menuju ke ruang makan yang letaknya tak jauh dari kamarku. “Anak bunda sekarang udah besar ya” kata bunda. “Iya dong bunda, lagian bentar lagi aku kan tujuh belas tahun, mau punya KTP bun” jawabku dengan cerianya. Aku mengambil sepotong roti dan mengoleskan selai strawberry kesukaanku keatas rotiku. Dan aku pun melahapnya. Lalu ku minum susu coklat dihadapanku. “Alhamdulillah, enak banget bun, aku jadi kenyang” kataku. Bunda pun tersenyum. Bun, ka Raffi kapan sih balik ke Jakarta? Aku kan kangen sama dia” tanyaku. “Mungkin tidak dalam waktu dekat ini, kakakmu itu masih harus menyelesaikan tesisnya di Mesir” jawab bunda. “Yah, masih lama dong” kataku dengan nada memelas. “Kamu harus sabar dong, ka Raffy kan masih harus study disana, nanti kan kalau dia menjadi sarjana lulusan Cairo University kamu juga ikut senang atas keberhasilan kakakmu itu” terang bunda. Aku hanya mengangguk, karena memang benar apa yang dikatakan oleh bunda. Kakakku satu-satunya yang bernama Raffy itu sudah hampir tiga tahun tinggal di Mesir untuk study. Dia mendapatkan beasiswa untuk study disana. Dan bunda tidak perlu mengeluarkan uang untuk pembayaran studynya, itu sedikit meringankan bunda. Untung saja kakakku itu sangat pandai. Aku pun ingin seperti dia, melanjutkan kuliah di Mesir.
“Bunda, aku berangkat dulu ya. Assalamu’alaikum” aku berpamitan dengan bunda. “Iya, kamu hati-hati ya dijalan dan langsung pulang ke rumah” kata bunda. Aku segera memberhentikan mobil angkutan umum dan segera naik. “Assalamu’alaikum Imah” aku menyapa sahabatku yang baru turun dari mobil angkutan umum juga. “Wa’alaikum salam Dena” Imah menjawab salamku. Kami memasuki pintu gerbang yang lumayan tinggi dan di cat hijau. Didekatnya ada dua pos satpam. Kami pun terus melangkah menuju kelas kami dilantai dua. Setelah sampai didepan ruang kelas 2IPA1, kami membuka sepatu dan meletakkannya di rak sepatu yang terletak dibalik pintu ynag di cat hijau juga. “Assalamu’alaikum” kami memberi salam kepada semua teman-teman yang ada didalam ruang kelas. “Wa’alaikum salam” jawab mereka serempak. Aku langsung menuju ke bangku depan diikuti oleh Imah. Aku dengan Imah memang sebangku. Bel masuk berbunyi. Lalu salah seorang dari kami yang bernama Putra memimpin untuk membaca qur’an sebelum memulai pelajaran. Ayat-ayat suci Al-qur’an terus mengalun lembut hingga ayat terakhir. Pak Abduh, guru Al-qur’an Hadits masuk kelas dan memulai pelajaran. Bel istirahat pertama telah berbunyi, tetapi dikelasku masih banyak orang, hanya sedikit yang keluar kelas. Para siswa saling berdiskusi di bangku bagian belakang dan yang lainnya ada yang membaca buku termasuk aku. Tetapi aku duduk sendiri, karena Imah sedang keluar bersama Putra, dia bilang Putra minta ditemani ke kelas bawah untuk meminjam buku Fisika.
Bel istirahat kedua berbunyi, dikelasku terlihat sepi, karena pada jam ini kami semua melaksanakan shalat Dzuhur berjama’ah di Masjid sekolah kami. Itu memang sudah menjadi kebiasaan sejak Madrasah Aliyah Negeri 23 ini dibuka. “Astagfirullah, aku lupa membawa bekalku, kenapa aku ini pelupa sekali” gerutuku. “Ada apa De ?” tanya Imah. “Ini lho, aku lupa membawa bekalku” jawabku. “Kita kan masih bisa membeli sesuatu di kantin”saran Imah. Lalu aku berjalan disampingnya menuju ke kantin sekolah yang tidak terlalu besar.
Aku Kangen Kak Raffy
“Assalmu’alaikum” aku memberi salam dan melepas sepatuku. ‘Wa’alaikum salam” jawab bunda dari dapur.. Aku bergegas melangkahkan kakiku menuju dapur yang dindingnya berwarna biru muda. “Bunda masak apa?” tanyaku sambil menghampiri bunda dan mencium tangan kananya. “Bunda bikin sop ayam. Sudah kamu ganti pakaian dulu sana” jawab bunda. Dan aku segera masuk ke kamar dan mengganti seragamku dengan kaos lengan panjang berwarna putih bersih dan celana panjang berwarna biru muda. Aku berjalan menuju dapur. “Bun, aku bantuin ya?” aku mencoba membantu. “Iya, ini kamu letakkan diatas meja makan” kata bunda sambil memberikan aku semangkuk sop ayam yang masih panas dan sangat harum baunya. “Siap bunda”. “Hati-hati ya masih panas”. Lalu aku letakkan sop panas itu diatas meja makan yang letakknya tidak terlalu jauh dari dapur dan kamarku. Setelah itu aku masuk ke dalam kamar. Dan aku mengambil sebuah buku dari dalam tasku yang aku pinjam dari shila. Lalu aku menuju ke jendela dikamarku untuk mengambil posisi duduk yang nyaman. Setelah hampir setengah jam membaca, aku keluar kamar menuju dapur. Kubuka pintu kulkas berwarna putih susu dan aku mengambil sebotol air mineral dingin dari dalamnya. Lalu kutuang air itu kedalam gelas. Langsung aku habiskan air itu. Kemudian aku menuju ke ruang TV. Disana kulihat bunda sedang membaca sebuah majalah islam. Sepertinya bunda kesepian sejak ditinggal ayah. Aku tidak langsung menghampirinya tetapi aku membelokkan langkah ke kamarku. Kring…kring… Telfon yang terletak di ruang TV berbunyi. “Halo, Assalamu’alaikum” bunda menjawab telfon. ”Wa’alaikum salam” jawab orang diseberang sana dengan nada suara yang berat. “Subhanallah, Raffy apa kabar nak?”. Bunda langsung menebak suara itu dengan perasaan yang teramat senang. “Bikhair walhamdulillah bunda. Bunda gimana keadaannya?”. “Alhamdulillah nak, bunda baik. Sekolahmu bagaimana, lancar? Kapan pulang ke Indonesia? Adikmu sudah rindu denganmu Raffy”. Bunda berbicara panjang lebar tanpa memberikan Raffy untuk berbicara. “Lancar bun, bagaimana kabar Dena?. “Dia baik. Sebentar ya bunda panggil dulu. Dengan segera bunda menuju kamar dena yang letaknya tidak jauh dari ruang TV sekaligus ruang keluarga itu. “Dena keluar sayang” bunda mengetuk pintu kamarku. Akupun membuka pintu. “Ada apa bunda?”. “Ada telfon sayang”. “Dari siapa bun?”. “Sudah kamu jawab dulu telfonnya, nanti kamu juga tau”. Jawaban bunda itu tak seperti biasanya. Kali ini aku benar-benar dibuat penasaran dan dengan segera ku angkat telfon itu. “Halo, Assalalu’alaikum. Siapa ini?.lama kutunggu tapi tak ada jawaban. Aku mulai bosan. Niat nelfon atau ngga sih ini orang *gerutuku dalam hati. Aku menanyakan lagi, tetapi tetap tidak ada jawaban. Lalu aku mengancam akan menutup telfonnya kalau tidak ada jawaban juga. “Wa’alaikum salam”. “Kak Raffy”aku segera menebak suara itu, perasaanku benar-benar senang. “Kok kamu tau”. “ya jelas dong aku tau. Khaif Haluk?”. “Bikhair walhamdulillah”. “Ya Allah, aku seneng banget bisa denger suara kakak lagi. Aku kangen banget sama kakak. Kapan kakak balik kesini?..
to be continued ....
*cerita ini aku buat sewaktu masih SMA , cuma sekedar keisengan ingin menghasilkan sesuatu tapi sampai sekarang gakk selesaii , hee .
0 komentar:
Posting Komentar